Jl. Raya Km 3 Pejamuran Ds.Pasilian Kec.kronjo Kab.Tangerang Prov.Banten 15550 E-mail : mankronjo@ymail.com (021) 59390574

Libur Ramadhan 18 Juni-16 Juli 2016 , dari kami man 4 tangerang mengucapkan "Minal 'Aidin wal Faizin"

Kamis, 10 Maret 2016

Dibalik Gerhana Matahari Total

siswa man 4 tangerang melaksanakan solat sunah kusuf yang dilaksanakan di lapangan terbuka man 4 tangerang

sambutan kepala madrasah sebelum pelaksanaan solat kusuf
Gerhana matahari total dalam Islam dipercaya sudah muncul sejak zaman dahulu kala, termasuk pada zaman Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada 27 Januari 632 Masehi. Peristiwa itu tercatat sebagai hari monumental dalam sejarah Islam.
Gerhana matahari terjadi ketika Nabi Muhammad SAW sedang dirundung duka lantaran putranya, Ibrahim, wafat.  Ibrahim kemudian dimakamkan di Pemakaman Al-Baqi pada pagi hari menjelang peristiwa gerhana.
Umat Islam kala itu banyak yang menduga alam ikut berkabung atas wafatnya putra Rasulullah. Namun, setelah shalat gerhana, Nabi menjelaskan bahwa fenomena gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang.
Shalat gerhana yang ditunaikan Muhammad dan umat Islam kala itu merupakan shalat gerhana matahari yang pertama dan terakhir yang dilaksanakan Rasulullah. Sebab, sekira empat bulan setelahnya, Nabi Muhammad SAW pun wafat.
Saat terjadi gerhana matahari total pada 9 Maret mendatang, Kementerian Agama telah mengeluarkan intruksi bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat sunah Gerhana Matahari.
Dalam ajaran Islam, sholat gerhana atau shalat khusuf adalah ibadah yang dilakukan saat terjadi gerhana bulan maupun matahari. Berikut hadits tentang keutamaan mengerjakan shalat gerhana:
Dari Abu Bakrah Radhiallahu Anhu dia berkata:
“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu terjadi gerhana matahari. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berjalan cepat sambil menyeret selendangnya hingga masuk ke dalam masjid, maka kamipun ikut masuk ke dalam masjid. Beliau lalu mengimami kami shalat dua rakaat hingga matahari kembali nampak bersinar. Setelah itu beliau bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana disebabkan karena matinya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka dirikanlah shalat dan berdoalah hingga selesai gerhana yang terjadi pada kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 1040).
Menurut ajaran Islam, gerhana bulan bukan semata-mata fenomena alam dan kejadian antariksa, tetapi di balik itu sarat dengan nuansa religius yang diimani sebagai salah satu tanda keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala yang Maha mengatur alam ini, dan hal ini diyakini oleh penganut agama terutama dalam agama Islam, Katolik dan Protestan.
Hadits riwayat Buchori-Muslim menyebutkan bahwa “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jika kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah kepada-Nya, bersedekahlah, dan shalatlah.”
Fenomena alam ini diadakan oleh Sang Pencipta untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah Ta’ala dan azab-Nya bagi siapa yang tidak taat kepada-Nya.
“Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan Matahari dan bulan dikumpulkan.” (QS. Al-Qiyamah: 8-9)
Shalat Gerhana Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila menyaksikan gerhana, baik matahari maupun bulan, sebagaimana diisyaratkan dalam hadist di atas, juga sebagaimana riwayat adanya perbuatan Rasulullah SAW tentang hal tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar